Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. kepada umat manusia. Dalam Al-Qur’an memuat berbagai petunjuk bagi kita agar dapat meraih kebahagiaan dalam menjalani hidup di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kita harus mengimani Al-Qur’an dengan cara mempelajari isinya dan mengamalkan ajarannya.
Selain Al-Qur’an, Allah juga menurunkan kitab-kitab suci dan suhuf-suhuf yang lain kepada umat terdahulu. Kitab-kitab tersebut di antaranya kitab Taurat, Injil, dan Zabur. Kita pun harus mengimani keberadaan kitab-kitab suci dan suhuf-suhuf tersebut. Pembahasan tentang iman kepada kitab-kitab akan dijelaskan pada bagian ini.
A. Iman Kepada Kitab Allah
Pengertian Kitab Allah
Secara bahasa, kitab berarti tulisan, buku, atau ketetapan. Kitab Allah dapat kita artikan dengan tulisan, buku, maupun ketetapan yang berasal dari Allah swt. Kita tentu sudah paham bahwa Allah telah mengutus kepada setiap umat manusia seorang rasul. Tugas rasul adalah membawa dan menyampaikan kabar dari langit (wahyu) untuk kepentingan kehidupan manusia di muka bumi. Kabar dari langit (wahyu) ini yang menjadi acuan pengertian kitab Allah tersebut.
Kabar dari langit yang dibawa oleh para rasul ternyata ada beberapa tingkatan. Ada yang rendah, ada juga yang tinggi. Pada tingkatan yang rendah, kabar dari langit (wahyu) ini bisa berupa rukyah, kasyf, ilham/inspirasi, dan sejenisnya yang dialami oleh para nabi dan rasul dan bisa juga dialami oleh manusia yang tidak berstatus nabi/rasul. Akan tetapi, tingkatan wahyu yang semacam ini tidak termasuk acuan dari pengertian kitab Allah. Meskipun hal tersebut dialami oleh seorang yang mencapai derajat rasul akan disebut hadis.
Wahyu yang lain yaitu tingkatan wahyu tertinggi yang disebut wahyu matluuw (wahyu yang dibacakan). Artinya, dari Allah wahyu tersebut didiktekan lewat perantaraan malaikat dan berbagai cara lainnya ke dalam hati setiap rasul. Hanya manusia yang berstatus rasul yang memiliki kapasitas untuk menerima wahyu tingkatan tertinggi ini. Oleh karena itu, dari semua wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw. hanya wahyu matlu - w (yakni Al-Qur'an) yang disebut sebagai kitab Allah (kitabullah).
Garis Besar Isi Kitab-Kitab Allah
Secara garis besar, isi kitab-kitab Allah meliputi beberapa hal berikut ini:
- Ajaran tentang tauhid (keesaan Allah).
- Mengajarkan akidah (keimanan) yang benar.
- Hukum-hukum dan peraturan Allah.
- Berisi janji tentang pahala dan ancaman Allah.
- Memuat perintah dan larangan Allah.
- Berisi kisah tentang umat manusia terdahulu agar menjadi pelajaran (iktibar).
Beriman kepada Kitab-Kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu dari enam rukun iman. Perhatikan firman Allah yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh. (QS:an-Nisaa’ [4]:136)
Jika ayat tersebut dikaitkan dengan iman kepada kitab-kitab Allah, penjabarannya sebagai berikut:
- Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya adanya beberapa kitab suci yang telah diturunkan Allah sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia.
- Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya bahwa kitab-kitab suci itu disebut dalam Al-Qur'an (Zabur, Taurat, dan Injil).
- Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya bahwa Al-Qur'an merupakan kitab Allah terakhir (penutup) yang mengabarkan ajaran tauhid serta membenarkan isi kitab-kitab suci sebelumnya.
- Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya adanya kitab-kitab sebelum Al-Qur'an yang kemudian digantikan dan disempurnakan oleh Al-Qur'an.
- Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya bahwa Al-Qur'an merupakan kitab terakhir yang seluruhnya benar, tidak ada sedikit pun kebatilan di dalamnya, serta terjaga keutuhannya sejak diturunkan hingga hari kiamat.
- Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya adanya sunah Nabi Muhammad saw. sebagai penjelasan amaliah Al-Qur'an.
- Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti memercayai Al-Qur'an sebagai kitab yang berisi petunjuk bagi manusia tentang kebenaran dan kebaikan yang berlaku sampai hari kiamat.
Perhatikan juga firman Allah yang artinya:
Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ’Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya (QS:al-Baqarah [2]:285)
Dalam kaitannya dengan iman kepada kitab-kitab Allah, ayat di atas menunjukkan bahwa sebagai umat Islam kita harus mengakui dan menghormati kedudukan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang paling utama, serta mengakui dan menghormati kedudukan kitab-kitab Allah yang turun sebelum Al-Qur'an.
Cara Beriman kepada Kitab-Kitab Allah
Hidup ini penuh dengan cara-cara atau kiat. Jika kita ingin pintar, caranya belajar. Ingin kaya, caranya hemat dan kerja keras. Ingin dihormati, caranya kita harus menghormati orang. Jika ingin beriman kepada kitab-kitab Allah, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan.
Beriman kepada kitab-kitab Allah ada dua cara, seperti di bawah ini.
- Beriman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur'an. Caranya sebagai berikut:
- Meyakini bahwa kitab-kitab itu benar-benar wahyu Allah, bukan karangan para rasul
- Meyakini kebenaran isinya.
- Beriman kepada Al-Qur'an. Caranya sebagai berikut:
- Meyakini bahwa Al-Qur'an itu benar-benar wahyu Allah, bukan karangan Nabi Muhammad saw.
- Meyakini bahwa isi Al-Qur'an dijamin kebenarannya, tanpa ada keraguan sedikitpun.
- Mempelajari, memahami, dan menghayati isi kandungan Al-Qur'an.
- Mengamalkan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan seharihari.
- Beriman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur'an. Caranya sebagai berikut:
B. Macam-Macam Kitab dan Suhuf
Dalam kaitannya dengan kitab-kitab Allah, ada juga yang disebut dengan suhuf. Suhuf merupakan lembaran-lembaran berisi firman Allah yang Allah turunkan kepada para nabi/rasul. Suhuf berisi tentang hukum dasar yang dijadikan pedoman dalam menjalankan agama bagi seorang nabi/rasul (yang menerima suhuf).
Tentang suhuf ini, Nabi Muhammad saw. pernah menyuruh beberapa sahabat untuk menuliskan ayat pada pelepah kurma, kulit, maupun tulang-tulang hewan. Tulisan-tulisan firman Allah pada benda-benda tersebut (lembaran-lembaran) yang terpisah-pisah ini yang dimaksud dengan suhuf.
Kita memang tidak banyak mengetahui tentang kitab-kitab Allah terdahulu. Oleh karena itu, kita hanya diwajibkan mengimaninya. Selanjutnya, tentang apa dan bagaimana macam kitab-kitab tersebut, sumber informasi kita hanya Al-Qur'an sebagai kitab Allah yang terakhir dan hadis nabi.
Kitab-kitab Allah yang wajib kita imani ada empat sebagai berikut:
Kitab Taurat
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s. sebagai pedoman dan petunjuk bagi Bani Israil. Isi kandungan kitab Taurat meliputi hal-hal berikut ini:
- Kewajiban meyakini keesaan Allah.
- Larangan menyembah berhala.
- Larangan menyebut nama Allah dengan sia-sia.
- Supaya menyucikan hari Sabtu (Sabat).
- Menghormati kedua orang tua.
- Larangan membunuh sesama manusia tanpa alasan yang benar.
- Larangan berbuat zina.
- Larangan mencuri.
- Larangan menjadi saksi palsu.
- Larangan mengambil hak orang lain.
Kitab Zabur
Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. untuk disampaikan dan dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umatnya. Menurut keterangan, kitab Zabur (Mazmur) ini berisi kumpulan nyanyian dan pujian kepada Allah atas segala nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. Di dalamnya juga berisi zikir, doa, nasihat, dan kata-kata hikmah. Menurut orang-orang Yahudi dan Nasrani, kitab Zabur sekarang terdapat pada kitab Perjanjian Lama dan terdiri atas 150 pasal.
Kitab Injil
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s. sebagai petunjuk dan tuntunan bagi Bani Israil. Sebagaimana kitab-kitab Allah yang lain, kitab Injil berisi seruan untuk menyembah kepada Allah semata. Dalam kitab ini dijelaskan bahwa Allah adalah Tuhan Maha Esa yang tidak beribu ataupun berputra.
Kitab Al-Qur'an
Kitab Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk dijadikan petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia, tidak hanya khusus bagi bangsa Arab. Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir, isinya meliputi seluruh kitab-kitab terdahulu dan melengkapi dengan aturan-aturan yang belum ada.
Pada dasarnya kitab-kitab Allah yang disebutkan di depan mengandung ajaran yang sama, yaitu ajaran tentang tauhid atau mengesakan Allah. Selain itu, tujuan diturunkannya kitab-kitab tersebut agar menjadi pedoman hidup guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal yang membedakannya hanya tentang tata cara atau syariatnya, disebabkan adanya perbedaan waktu dan tempat.
Selain empat kitab di atas, Allah swt. juga menurunkan wahyu dalam bentuk suhuf. Allah swt. berfirman:
Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang terdahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (QS:al-A'laa [87]:18–19)
Pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, pengertian suhuf adalah satu surah dalam Al-Qur'an sehingga kitab Al-Qur'an terdiri atas 114 suhuf (surah). Hal ini menunjukkan bahwa pengertian kitab dan suhuf dapat kita bedakan.
Beberapa nabi yang telah menerima suhuf dari Allah sebagai berikut:
- Adam a.s. sepuluh suhuf
- Syis. a.s. enam puluh suhuf
- Idris a.s. tiga puluh suhuf
- Ibrahim a.s. tiga puluh suhuf
- Musa a.s. sepuluh suhuf
C. Mencintai Al-Qur’an sebagai Kitab Allah
Kita ketahui bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad untuk seluruh umat manusia. Sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an harus menjadi acuan bagi setiap diri kita yang menghendaki kesuksesan serta keselamatan dalam menjalani hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian, jika kita menghendaki dapat meraih keselamatan, harus menjadikan Al-Qur’an sebagai jalan penuntunnya.
Al-Qur’an menjadi penuntun bagi keselamatan hidup kita. Ia akan mengarahkan cara menjadi hamba yang baik di hadapan Allah Sang Pencipta. Ia memberi petunjuk dalam bersikap yang benar kepada sesama manusia dan semua makhluk-Nya. Ia juga menjadi pengarah cara menjalani hidup yang benar di dunia ini. Oleh karena itu, sangat mustahil jika kita menginginkan keselamatan, tetapi pada saat yang sama kita meninggalkan Al-Qur’an.
Oleh karena kedudukan Al-Qur’an yang penting, wajar jika Allah memberikan ganjaran besar bagi orang yang mau mengkaji isinya, baik dengan membaca, memahami kandungannya, ataupun mengamalkannya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang sangat sempurna. Ada keistimewaan-keistimewaan tertentu dalam kitab suci tersebut yang tidak dapat kita temukan dalam kitab suci yang dibawa oleh para nabi sebelumnya.
Dengan berbagai keistimewaan yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an, tidak ada alasan bagi kita untuk malas mengkajinya. Dalam hal ini kita perlu mencontoh semangat para sahabat Rasulullah dahulu dalam mempelajari Al-Qur’an.
Setiap kali ayat Al-Qur’an turun, para sahabat bersuka cita mendengarkan bacaan ayat tersebut. Rasulullah pun membacakan ayat kemudian dihafalkan oleh para sahabat. Mengapa langsung dihafalkan? Pada saat itu sebagian besar para sahabat tidak dapat membaca dan menulis. Hanya sedikit di kalangan para sahabat yang memiliki kemampuan tersebut sehingga mereka dipercaya untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Meskipun para sahabat tidak memiliki kemampuan membaca, mereka pada umumnya memiliki ingatan yang tajam.
Bagaimanakah semangat mengkaji Al-Qur’an pada saat ini? Setelah Al-Qur’an ditulis, dikumpulkan, disalin, hingga dicetak berjuta-juta eksemplar saat ini, pengkajian Al-Qur’an pun terus berlangsung. Hal ini harus kita syukuri. Jika umat manusia tidak mengindahkan isi Al-Qur’an, kehidupan mereka dengan sendirinya akan rusak. Manusia tidak lagi tahu cara menjalani hidup ini dengan benar. Sebagai muslim yang baik, kita harus mencintai Al-Qur’an.
Sikap yang menunjukkan cinta Al-Qur’an dapat kita buktikan dengan berbagai cara sebagai berikut:
- Selalu meluangkan diri untuk membaca Al-Qur’an setiap hari dengan memahami arti bacaannya.
- Membaca Al-Qur’an secara benar sesuai hukum bacaan tajwid seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. Selain itu, juga harus berani meluruskan jika mendengarkan bacaan orang lain yang kurang tepat.
- Meletakkan Al-Qur’an di tempat yang terhormat, tidak di sembarang tempat. Kita juga harus menjaga dan merawatnya dengan baik.
- Tidak membaca ataupun membawa ayat-ayat Al-Qur’an di tempat kotor. Misalnya, di kamar mandi dan WC.
- Mengamalkan ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.
- Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain yang belum dapat membaca atau memahami isinya.
- Melakukan kajian Al-Qur’an untuk menjawab berbagai persoalan yang kita hadapi.
- Hikmat dan tenang ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an, di mana pun berada.
Demikian penting kedudukan Al-Qur’an dalam hidup seorang muslim. Sebagai muslim yang baik, kita harus membuktikan diri mencintai Al-Qur’an. Caranya dengan membaca, mengartikan, mengkaji, dan mengamalkan ajarannya dengan benar dalam menjalani kehidupan ini.